Edwin Partogi Pasaribu, aktivis Kontras yang menjadi Komisioner Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) periode 2013-2018, dan kemudian menjadi Wakil Ketua LPSK periode 2019-2024. Dia pernah bergabung di Tim Investigasi lapangan Penembakan Intan Jaya (2002) dan viral setelah berperan penting menjaga saksi kunci kasus Fredy Sambo.


Konflik Palestina dan Israel adalah paradoks.

Belum pernah ada situasi paradoks tentang Palestina seperti hari ini (Naom Chomsky & Ilan Pappe, 2024). Situasi di Gaza yang semakin memilukan dengan korban jiwa lebih dari 42 ribu, malah menguatkan Gerakan Pro Palestina ditingkat global.

Tekanan internasional tidak pernah sekuat sekarang ini, terutama mengingat skala kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lihat saja, demonstrasi besar menentang Israel terjadi di negara pendukung Israel seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Jerman, dll.

Namun, dukungan masyarakat dunia itu belum mampu mengakhiri serangan Israel terhadap Gaza yang sudah berlangsung 1 tahun terakhir pasca operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

Akibat serangan Israel tersebut, Gaza bukan hanya menjadi penjara raksasa di dunia, melainkan juga tempat yang tak layak huni dan paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.

Bahkan serangan Israel telah meluas ke Lebanon (17/09).

Data Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/UN-OCHA) mencatat per 14 Oktober 2.309 orang Lebanon terbunuh, dan 10.782 terluka.

Lalu apa yang bisa dilakukan masyarakat atau bangsa Indonesia dalam situasi penuh eskalasi ini?

Boikot, Divestasi, Sanksi

Masyarakat internasional menentang pendudukan Israel terhadap Palestina dalam wujud demonstrasi, penggalangan donasi, dan gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (boycott, divestment, sanction/BDS). Ini harus terus dilakukan oleh seluruh lapirsan masyarakat Indonesia.

Gerakan BDS terhadap Israel bertujuan menekan Israel agar menghentikan pendudukan dan pelanggaran HAM di Palestina. BDS menjadi strategi tekanan non-kekerasan untuk memaksa perubahan melalui boikot ekonomi, akademis, dan budaya terhadap entitas pendukung Israel.

Terinspirasi oleh keberhasilan gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan, gerakan BDS yang dimulai sejak 2005 kini terus menguat. Setidaknya Arab Saudi, Qatar, Indonesia, India dan Jerman menjadi 5 negara teratas yang penduduknya memboikot produk yang terafiliasi dengan Israel.

Pada aktivitas bisnis, misal, PGGM (dana pensiun Belanda) dan Danske Bank (bank terbesar Denmark) telah menarik investasi mereka dari bank-bank Israel. Begitu juga Deutsche Bank (bank terbesar Jerman).

Bentuk lain dari sanksi dan boikot juga ditunjukkan perusahaan Belanda Boskalis Westminster dan perusahaan Italia Condote de Agua. Keduanya menarik tawaran membangun pelabuhan swasta di Ashdod dan Haifa.

Dunia pendidikan menunjukkan sikap serupa.

ASA (American Studies Association) sejak Desember 2013 mendukung boikot lembaga akademis Israel. Langkah yang sama dilakukan MESA (Middle East Studies Association) pada Maret 2022.

Di wilayah budaya, sikap boikot ditunjukan band asal Jakarta, Reality Club yang mengundurkan diri dari Festival South by Southwest (SXSW) di Amerika Serikat (AS) yang digelar Maret lalu.

Reality Club mundur usai mengetahui pihak yang terlibat genosida di Gaza terlibat mensponsori festival tersebut. Sikap yang sama pernah ditunjukkan beberapa musisi besar, seperti Stevie Wonder, Carlos Santana, dan Lauryn Hill.

Selain itu, ada kampanye untuk memboikot festival film internasional yang didukung pemerintah Israel sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan BDS.

Dari Demo ke Politik

Krisis Gaza yang juga memicu eskalasi aksi BDS dan demonstrasi anti-genosida Palestina di berbagai negara, membuahkan dukungan politik atas eksistensi Palestina.

Pada 28 Mei 2024, Irlandia, Norwegia, dan Spanyol menjadi negara terbaru yang mengakui Palestina sebagai negara. Dengan demikian, 145 negara dari 193 negara anggota PBB telah mengakui Palestina. Tahta Suci Vatikan yang bukan anggota PBB juga mengakui Palestina.

Protes terhadap Israel juga ditunjukkan sejumlah negara dengan menarik duta besar mereka atau menangguhkan hubungan diplomatik dengan Israel.

Negara-negara Timur Tengah seperti Yordania, Bahrain dan Turki, memulangkan duta besar mereka. Aksi ini disusul oleh Chad dan beberapa negara di Amerika Latin, seperti Cile, Honduras, dan Kolombia. Langkah ini juga diikuti Bolivia dan Belize.

Mengikuti opini populer publik melalui demo intensif yang menolak genosida di Gaza, pemerintah Kanada, Italia, Jepang, Belgia dan Spanyol mengumumkan penghentian penjualan senjata ke Israel.

Sayangnya, keputusan ini tidak berdampak signifikan karena 95% impor senjata Israel berasal dari AS dan Jerman.

Retorika perdamaian para pemimpin politik yang menjadi sekutu Israel tersebut seringkali tidak sejalan dengan tindakan mereka, yang terus mendukung kebijakan yang tidak adil dan eksploitatif (Noam Chomsky, 2021).

Anti-zionisme Bukan Anti-semitisme

Di sisi lain, kritik terhadap zionisme dan aksi BDS melawan pendudukan Israel seringkali disamakan dengan anti-Semitisme.

Padahal itu sesuatu yang berbeda. Zionisme adalah gerakan politik yang tidak mewakili seluruh komunitas Yahudi, sementara anti-Semitisme adalah kebencian terhadap orang Yahudi berdasarkan identitas rasial atau agama (R. Garaudy, 2000).

Jikapun upaya yang dilakukan bangsa dan negara Indonesia dalam membantu Palestina belum juga membuahkan hasil, maka setidaknya Indonesia akan dicatat dalam sejarah sebagai pihak yang tidak tinggal diam ketika terjadi kezaliman.

Sama seperti Nabi Musa yang membebaskan Bani Israel dari kekejaman Fir’aun tapi akhirnya memohon kepada Allah untuk berlepas diri dari mereka setelah mereka kembali melanggar hukum Taurat.

Musa berkata: “Ya Robbi, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku, sebab itu pisahkanlah antara kami dan orang-orang yang fasik itu," (QS Al Maidah, 5:25).

Pada waktunya Palestina akan menjadi nisan bagi zionis karena keangkuhannya, bagai Qarun yang dibenamkan ke tanah karena ketamakannya. Demikianlah kitab suci mengisahkan para pelaku pengrusakan di muka bumi.*** (selesai)